Danone Mengingatkan AQUA Dan BEM UI Akan Pentingnya Perubahan Pola Konsumsi Agar Lebih Memperhatikan Dampak Lingkungan.

JAKARTA – Danone Acqua bersama Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Indonesia (BEM UI) menggelar talkshow bertajuk “Suara Pemuda” di Auditorium Purnomo Brawiru Depok, Jawa Barat, Indonesia . Jumat (24)/ Februari 2023).

Bertajuk Concius Concumption: Let’s Start The Journey, acara ini menghadirkan ekonom muda Andhyta Firsally Utami (Afutami), dokter medis dan content creator Dr. Farhan Al Zubaidi dan pembuat konten Gerald Vincent.

Concius Concumption (Concius Concumption) adalah perubahan pola konsumsi masyarakat yang tidak hanya terkait dengan nilai ekonomi suatu produk, tetapi juga nilai-nilai lain seperti nilai lingkungan, sosial bahkan politik.

Director of Communications Danone Indonesia, Arif Mujahidin mengatakan, kegiatan ini sengaja dilaksanakan oleh AQUA menggunakan BEM UI untuk mengedukasi dan mengingatkan mereka akan tantangan yang akan mereka hadapi ke depan.

Sebab, penting untuk mengubah pola konsumsi secara keseluruhan agar tidak hanya menekankan aspek ekonomi, tetapi juga berdampak pada lingkungan.

Langkah ini menurutnya bisa diinisiasi oleh perguruan tinggi sebagai lembaga pendidikan untuk mengimplementasikannya.

“Jadi pendidikan itu fundamental dan di sinilah harus berpikir. Kemudian kita membangun jamu secara peer-to-peer dan mudah-mudahan saat kita kaya ini, kita bisa diingatkan dan berdampak jangka panjang,” ujar Aref. .

“Makanya banyak program digital setelah itu, karena sekarang anak muda banyak berinteraksi dengan gawai,” lanjutnya.

Presiden BEM UI Melki Sedek Huang mengucapkan terima kasih atas upaya Danone-AQUA. Menurutnya, talkshow yang berwatak dekat dengan anak muda dan mengangkat topik-topik penting ini akan diminati mahasiswa.

“Yang paling penting hari ini adalah kita belajar banyak tentang bagaimana teman-teman UI memikirkan banyak hal, tidak hanya untuk diri kita sendiri, tetapi untuk seluruh umat manusia di masa depan,” ujarnya.

Pada topik Concius Concumtion, Melky mengatakan penting untuk membahas perubahan konsumsi yang berwawasan lingkungan, mengingat harus dimulai dari hal-hal kecil.

Ditambahkannya, BEM UI sendiri memiliki bidang sosial dan lingkungan yang masing-masing memiliki seksi tersendiri.

Ia kemudian mengatakan, pokok-pokok yang dibahas hari ini akan diimplementasikan dalam langkah-langkah konkret.

“Yang jelas saya ingin mahasiswa UI menyadari bahwa mereka berpikir sebelum melakukan sesuatu. Ya, karena ini bukan hanya soal konsumsi, tapi juga move forward. Bagus.”

Masih dalam talkshow, ekonom Afutami mengatakan populasi planet ini tumbuh lima kali lipat tahun ini, dari 1,6 miliar menjadi 7 miliar.

Ini juga meningkatkan konsumsi penduduk dunia hingga 1100%.

“Artinya, apa yang kita konsumsi saat ini tidak hanya berdasarkan apa yang kita butuhkan, tetapi kita juga dapat mengonsumsi lebih banyak dari apa yang sebenarnya tidak kita butuhkan.”

Padahal, dalam 203 tahun ke depan, manusia membutuhkan dua bidang tanah untuk menampung konsumsi per kapita, lanjut Afutami.

Untuk itu, simak pembahasan kita tentang perubahan penting pola konsumsi manusia yang perlu didiskusikan.

Menurutnya, setiap individu harus mengurangi perilaku konsumtif sesuai kebutuhan.

Sesederhana berpikir sebelum membeli sesuatu, apakah Anda membutuhkannya atau tidak, kata Afutami.

Sementara itu, dokter dan pembuat konten Dr. Farhan Al-Zubaidi berbicara tentang dampak gegar otak terhadap aspek kesehatan.

Hal ini, kata dia, bisa dimulai dari hal kecil, seperti mengecek komposisi produk makanan atau minuman sebelum membeli.

Berdasarkan fakta tersebut, Farhan mengatakan banyak penyakit yang bisa disebabkan oleh makanan atau minuman yang dikonsumsi sehari-hari.

Ia melanjutkan, World Health Organization (WHO) sebenarnya memandang perubahan pola konsumsi masyarakat sebagai fokus penting untuk dapat menurunkannya di masa mendatang.

“Di sinilah pentingnya Consius Consius. Kita tahu apa yang kita makan dan minum setiap hari,” ujarnya.

Pembuat konten Gerald Vincent menjelaskan konsep inferensi dalam hal digitalisasi informasi.

Secara umum, anak muda sering memposting kehidupan mereka di media sosial, katanya.

Anak muda sangat memperhatikan penampilan mereka saat melaporkan berita, sehingga mereka membutuhkan banyak alat peraga.

“Padahal kita adalah generasi konsumen. Misalnya memposting gambar di media sosial. Posting hari ini adalah baju merah, tetapi untuk memposting lagi, harus memakai baju yang berbeda. Jadi kita harus mengkonsumsi sekali.” Gerald Dashi, Dashi gunakan itu.

Ketika kegiatan sehari-hari yang dilihat orang lain diposting di media sosial, setiap tindakan yang ditampilkan dapat mempengaruhi orang lain untuk menirunya.

Hal ini pada akhirnya berdampak pada peningkatan konsumsi per kapita.

Oleh karena itu, menurutnya penting untuk membahas konsumsi konsumen sehingga dapat mengurangi perilaku konsumen untuk kehidupan yang lebih baik di masa depan.